ROB JADI KENISCAYAAN: Air Laut Naik, Aktivitas Warga Marunda Tetap Berjalan di Tengah Genangan Harian
JAKARTA UTARA, (DELAPANTOTO) — Kawasan pesisir Marunda, Jakarta Utara, terus menghadapi tantangan serius akibat kenaikan permukaan air laut (sea level rise) dan penurunan muka tanah (land subsidence). Meskipun banjir rob kini menjadi fenomena harian dan genangan air sering merendam jalan serta rumah, aktivitas warga Marunda dilaporkan tetap berjalan, menunjukkan tingkat adaptasi dan resiliensi yang tinggi.
Kondisi ini menjadi bukti nyata dampak perubahan iklim dan penurunan tanah di Jakarta, yang kini menuntut solusi infrastruktur permanen dan mendesak.
I. Rob Harian dan Ketinggian Air yang Konstan
Banjir rob di Marunda, terutama di kawasan yang berdekatan dengan Pelabuhan Marunda dan area nelayan, kini terjadi hampir setiap hari, terutama saat pasang tertinggi.
Ketinggian Genangan: Genangan air rob dilaporkan mencapai ketinggian 30 hingga 50 sentimeter di jalan utama dan masuk ke teras rumah warga.
Dampak Akses: Genangan ini menghambat mobilitas, memaksa pengendara motor dan mobil harus melaju pelan, dan anak-anak sekolah harus menggunakan sepatu bot atau sandal tinggi.
Marunda Rentan: Marunda berada di lokasi yang sangat rentan karena berdekatan dengan garis pantai dan mengalami laju penurunan muka tanah yang tinggi dibandingkan area Jakarta lainnya.
II. Adaptasi Warga sebagai Bentuk Bertahan Hidup
Warga Marunda, yang mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan, buruh pelabuhan, dan pedagang, telah mengembangkan mekanisme adaptasi yang unik:
Peninggian Lantai: Banyak rumah di Marunda, khususnya di area terparah, yang telah ditinggikan dengan membangun lantai panggung, menghindari air masuk ke dalam rumah.
Ekonomi Berjalan: Aktivitas ekonomi tetap berjalan. Pedagang sayur dan makanan di pasar tradisional tetap beroperasi di tengah genangan, menggunakan papan kayu (jalur titian) sebagai alas.
Penggunaan Perahu: Di beberapa gang sempit, warga bahkan menggunakan perahu kecil atau becak modifikasi untuk mengangkut barang atau anak sekolah.
“Mau bagaimana lagi? Kami harus tetap bekerja. Kalau tidak bekerja, anak-anak tidak bisa makan. Rob sudah seperti air hujan, jadi keniscayaan. Kami hanya berharap pemerintah segera menyelesaikan tanggul laut,” ujar Pak Rahmat (58), seorang tokoh masyarakat setempat.
III. Tuntutan Infrastruktur Permanen
Warga Marunda menuntut percepatan pembangunan tanggul laut (seawall) yang terintegrasi dan kokoh untuk melindungi kawasan pesisir. Meskipun pemerintah pusat dan Pemprov DKI sedang menggarap proyek tanggul laut raksasa, warga berharap proyek tersebut dapat segera menjangkau wilayah Marunda secara efektif.
Pemprov DKI Jakarta dan Kementerian PUPR didesak untuk memprioritaskan pembangunan tanggul dan sistem drainase yang lebih baik di kawasan Marunda untuk memberikan solusi jangka panjang.